Dari pada kosong ga ada isinya, saya mau ngepost contoh paper yang sudah kami buat hehehe. semoga membantu yak.
Analisa
Cutting Berdasarkan Analisa Lithologi Batuan dan Analisa Indikasi Hidrokarbon
Hanif Amrullah
Lufti Rosihan Haz
Oki Prasetya
Abstract
Analisa cutting ini
sangat penting bagi penentuan lokasi pemboran karena analisa cutting adalah
awal atau dasar dalam proses eksplorasi minyak bumi atau biasa disebut sebagai
penilaian formasi. Dalam analisa cutting ini tidak hanya ilmu tentang
perminyakan saja yang kita gunakan tetapi kita harus mengetahui ilmu mengenai
batuan seperti yang biasa dilakukan oleh geologist.
Proses analisa
cutting ini dilakukan dengan cara melihat bentuk fisik atau dilihat
lithologinya dan juga dengan cara mengindikasi ada atau tidaknya hidrokarbon
yang terkandung dalam cutting. Maka dari itu sangat penting untuk memahami
keduanya.
1. Pendahuluan
Analisa cutting, pada
kegitan ini sangat diperlukan pengetahuan mengenai lithologi batuan. Analasisa
cutting adalah untuk mengestimasikan karakteristik reservoir dan untuk
mengetahui lithologi batuan. Maka dari itu difokuskan pada analisa lithologinya.
Analisa lithologi dimaksudkan untuk menggambarkan macam – macam batuan untuk
tiap kedalaman atau lapisan yang ditembus sebagai pedoman dalam pendeskripsian
lithologi. Pendeskripsian lithologi batuan meliputi warna, tekstur, kekerasan,
lapisan, pabrikasi dan mineral tambahan yang ada dibatuan.
Setelah dilakukan
pendeskripsian lithologi selanjutnya adalah menentukan batas lithologinya.
Dengan pengetahuan mengeanai lithologi batuan, jelas akan dengan mudah
mengetahui karakteristik dari reservoir yang akan dianalisa karena ini sebagai
dasar untuk mengetahui data di bawah permukaan yang kita perlukan.
Tanda – tanda atau
indikasi adanya hidrokarbon pada suatu cutting bisa dilihat dari penampakan
noda, bau, dan warna dari cutting yang didapat.
2. Dasar Teori
Analisa serbuk bor (cutting) adalah merupakan sumber informasi dalam
menentukan tanda adanya minyak dan gas, dan untuk deskripsi lithologi batuan.
Dalam analisa cutting ini, dibuat korelasi antara deskripsi sampel dengan
kedalaman.
Penentuan daerah yang mengandung hidrokarbon memerlukan suatu
data-data geologi bawah permukaan secara tepat dan akurat. Salah satu metode
untuk mendapatkan data bawah permukaan tersebut melalui analisa cutting dan
analisa logging Pekerjaan analisa cutting dilakukan dalam kerangka
pekerjaan mud logging yang terutama untuk mengidentifikasi saturasi
hidrokarbon dan mengestimasi
karakteristik batuan reservoir.
Analisa cutting merupakan interpretasi serpihan batuan yang
tersirkulasi ke permukaan bersamaan dengan lumpur bor. Serpihan tersebut berasal dari gerusan batuan reservoir pada
saatoperasi pemboran berlangsung. Pada analisa cutting, kandungan
hidrokarbon dapat dideteksi dengan melihat perbahan warna yang terjadi pada
saat cutting tersebut dianalisa.
Analisa dilakukan melalui penyinaran sinar ultraviolet untuk mengetahui
lithologi batuannya meliputi jenis batuan, kandungan mineral,struktur batuan
dan kandungan fosil untuk menentukan ada tidaknya akumulasi hidrokarbon.
Analisa terhadap cutting dapat dilakukan dengan menggunakan
pengamatan fluoroscopic berupa penggunaan sinar ultraviolet untuk mendeteksi
adanya kandungan hidrokarbon pada sample (core) baruan. Analisa ini juga untuk membedakan antara jenis minyak berat (heavy oil), minyak ringan (light oil) maupun minyak medium
(intermediate oil). Pada analisa
fluoroscopic, kualitas penampakan fluorisensi ditentukan dari
distribusi fluorisensi dalam sample (core) batuan yang diamati.
a. Shale
Warna : merah dan
hijau
Tekstur : seperti
lilin, beludru dan kertas
Kekerasan : lunak, sedang,
kuat, keras, sangat keras dan rapuh.
Lapisan : massive,
blocky, fossile dan splentary
Pabrikasi : laminasi,
pecahan, berlapis, dapat dibelah
Mineral tambahan : bentonite,
sandy, calcareous dan carbonnaceous
b. Sand
Warna : coklat, abu-abu
Tekstur : sangat
halus, halus, medium kasar dan sangat kasar
Bentuk butir : bulat,
agak bulat dan bersudut
Pemilahan/sortasi : baik,
sedang dan jelek
Tingkat sementasi : gampang pecah (friable), padat (dense)
Porositas : tidak tampak,
jelek, sedang dan baik
c. Limestone dan Dolomite
Warna : putih, coklat, abu-abu dan hitam
Tekstur : sangat baik, baik, sedang, butir kasar,
padat, chalky, oolitic, sucrosic, colicastic.
Butiran : sucrosa,
crystal, chalky
Accessory : oolite,
sandy,silty, calcite, pyrite dan argillaceous
Kilap : suram,
seperti tanah, dasar
Preparasi data
Sampel 1
Deskripsi : subsupherical subanguler, pemilahan baik,
ukuran butir < 2 mm.
Warna dominan : yellow
orange
Warna pengotor : hitam
Indikasi : Minyak berat, residu batu gamping passion
Aroma : Parafin
Sampel 2
Deskripsi : subsupherical anguler, pemilahan baik, ukuran
butir > 2 mm.
Warna dominan : dark
blue
Warna pengotor : orange
Indikasi : kondensat, residu batu gamping/dolomite
Sampel 3
Deskripsi : subsupherical subanguler, pemilahan buruk,
ukuran butir < 2 mm.
Warna dominan : Tan
Warna pengotor : Hitam
Indikasi : Minyak sedang, residu fosil
Analisa Data
Dari ketiga sampel yang telah dianalisa maka.
Pada
sample 1, bentuk subspherical subangular, pemilahan baik, bau parafin, warna
dominan yellow orange, warna pengotor hitam maka ini menandakan batuan
mengandung minyak berat dengan residu batu gamping pasion .
Pada
sample 2 , bentuk subspherical angular, pemilahan baik, warna dominan dark
blue, warna pengotor orange maka ini menandakan batuan mengandung kondensat dengan
residu gamping/dolomite.
Pada
sample 3, bentuk subspherical angular, pemilahan buruk, warna dominan tan,
warna pengotor hitam maka ini menandakan batuan mengandung minyak sedang dengan
residu fosil .
Pembahasan
Analisa
cutting diteliti dengan cara memahami lithologi batuan seperti, dilihat dari
pemilahan, bentuk butiran, warna dan ukuran butiran. Dan juga dengan cara
flourosensi.
Pada
percobaan ini digunakan fluoroscope yaitu alat untuk melihat ada tidaknya warna
fluoresensi. Setiap sample yang memberikan warna tertentu ketika diteliti di
bawah sinar ultraviolet. Hal ini digunakan untuk menentukan jenis minyak.
Selain warna dominan, sample juga memberikan warna lain yang tidak dominan yang
merupakan warna pengotoran. Jenis pengotornya bisa berupa fossil, paper shale,
batu gamping pasiran, grase / gemuk, kulit kumbang dan solar.
Percobaan analisa
cutting di lapangan, yaitu pada saat pemboran eksplorasi yang digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya kandungan hidrokarbon dalam formasi, sehingga dapat
menentukan keprospekan lapangan tersebut.
Kelebihan
yang dimiliki oleh metoda fluoresensi salah satunya yaitu sangat praktis dan
dapat digunakan kapan dan dimana saja. Sedangkan kekurangan metoda ini salah
satunya ialah hasil pengamatan kurang akurat karena perbedaan warna baik pada
warna dominan maupun pengotornya tidak terlalu jelas. Kekurangan metoda ini
adalah dimungkinkan adanya kesalahan pengamatan oleh praktikan, masing – masing
praktikan memiliki deskripisi serta pengamatan yang berbeda – beda.
Kesimpulan
Dari
hasil percobaan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1) Hasil
analisa terhadap cutting di laboratorium:
a.
Sampe
l : minyak
berat dengan residu gamping passion.
b.
Sampel
2 : kondensat
dengan residu dolomite
c.
Sampel
3 : minyak sedang dengan residu fosil
2) Cutting
adalah serpihan yang berasal dari dinding lubang bor yang terangkat kepermukaan
bersama dengan sirkulasi lumpur, pada saat proses pemboran berlangsung.
3) Indikasi
adanya hidrokarbon pada cutting dapat diketahui dengan metode fluoresensi,
yaitu dengan menggunakan alat fluoroscope yang dapat memancarkan sinar
ultraviolet.
4) Setiap
sample memberikan fluoresensi berbeda-beda, ini menunjukkan bahwa pada setiap
sample terdapat kandungan hidrokarbon cair yang berbeda-beda pula.
5) Fluoresensi
adalah gejala berpendarnya suatu zat ketika menerima cahaya atau radiasi dari
luar.
6) Kelebihan
yang dimiliki oleh Metoda fluoresensi yaitu praktis sehingga dapat dibawa
kemana saja dan kapan saja.
7) Kekurangan
yang dimiliki oleh metoda ini yaitu hasil dari pengamatan kurang akurat karena
warna hasil dari fluoresensi yang dilihat merupakan hasil subyektifitas dari
masing-masing praktikan sehingga warna pengamatan dapat berbeda antara
masing-masing praktikan.
Daftar Pustaka