Powered By Blogger

Senin, 15 Oktober 2012

NMR (NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE) LOG


NMR (NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE) LOG

Nuclear magnetic resonance (NMR) logging digunakan untuk mengukur porositas absolute, irreducible water saturation dan permeabilitas formasi. NMR ini memanfaatkan sifat-sifat inti atom hydrogen. Nuklir resonansi magnetik (NMR) dapat menentukan sifat dari atom hidrogen dalam pori-pori (tegangan permukaan, dll). Hamburan (nuklir hamburan radiasi), spektrometri serapan dan pengukuran dapat menentukan kepadatan dan analisis unsur atau komposisi. Tinggi resolusi pencitraan log listrik atau akustik digunakan untuk memvisualisasikan formasi, menghitung dip formasi, dan menganalisa reservoir tipis-tempat tidur dan retak. NMR ini adalah metode yang paling rumit namun data-data yang didapat lebih lengkap jika dibandingkan dengan metode logging yang lain.

Analisa Cutting



Dari pada kosong ga ada isinya, saya mau ngepost contoh paper yang sudah kami buat hehehe. semoga membantu yak.
 
Analisa Cutting Berdasarkan Analisa Lithologi Batuan dan Analisa Indikasi Hidrokarbon
Hanif Amrullah
Lufti Rosihan Haz
Oki Prasetya
Abstract
Analisa cutting ini sangat penting bagi penentuan lokasi pemboran karena analisa cutting adalah awal atau dasar dalam proses eksplorasi minyak bumi atau biasa disebut sebagai penilaian formasi. Dalam analisa cutting ini tidak hanya ilmu tentang perminyakan saja yang kita gunakan tetapi kita harus mengetahui ilmu mengenai batuan seperti yang biasa dilakukan oleh geologist.
Proses analisa cutting ini dilakukan dengan cara melihat bentuk fisik atau dilihat lithologinya dan juga dengan cara mengindikasi ada atau tidaknya hidrokarbon yang terkandung dalam cutting. Maka dari itu sangat penting untuk memahami keduanya. 


1.    Pendahuluan
Analisa cutting, pada kegitan ini sangat diperlukan pengetahuan mengenai lithologi batuan. Analasisa cutting adalah untuk mengestimasikan karakteristik reservoir dan untuk mengetahui lithologi batuan. Maka dari itu difokuskan pada analisa lithologinya. Analisa lithologi dimaksudkan untuk menggambarkan macam – macam batuan untuk tiap kedalaman atau lapisan yang ditembus sebagai pedoman dalam pendeskripsian lithologi. Pendeskripsian lithologi batuan meliputi warna, tekstur, kekerasan, lapisan, pabrikasi dan mineral tambahan yang ada dibatuan.
Setelah dilakukan pendeskripsian lithologi selanjutnya adalah menentukan batas lithologinya. Dengan pengetahuan mengeanai lithologi batuan, jelas akan dengan mudah mengetahui karakteristik dari reservoir yang akan dianalisa karena ini sebagai dasar untuk mengetahui data di bawah permukaan yang kita perlukan.
Tanda – tanda atau indikasi adanya hidrokarbon pada suatu cutting bisa dilihat dari penampakan noda, bau, dan warna dari cutting yang didapat.
2.    Dasar Teori
Analisa serbuk bor (cutting) adalah merupakan sumber informasi dalam menentukan tanda adanya minyak dan gas, dan untuk deskripsi lithologi batuan. Dalam analisa cutting ini, dibuat korelasi antara deskripsi sampel dengan kedalaman.
Penentuan daerah yang mengandung hidrokarbon memerlukan suatu data-data geologi bawah permukaan secara tepat dan akurat. Salah satu metode untuk mendapatkan data bawah permukaan tersebut melalui analisa cutting dan analisa logging Pekerjaan analisa cutting dilakukan dalam kerangka pekerjaan mud logging yang terutama untuk mengidentifikasi saturasi hidrokarbon dan mengestimasi karakteristik batuan reservoir.
Analisa cutting merupakan interpretasi serpihan batuan yang tersirkulasi ke permukaan bersamaan dengan lumpur bor. Serpihan tersebut berasal dari gerusan batuan reservoir pada saatoperasi pemboran berlangsung. Pada analisa cutting, kandungan hidrokarbon dapat dideteksi dengan melihat perbahan warna yang terjadi pada saat cutting tersebut dianalisa. Analisa dilakukan melalui penyinaran sinar ultraviolet untuk mengetahui lithologi batuannya meliputi jenis batuan, kandungan mineral,struktur batuan dan kandungan fosil untuk menentukan ada tidaknya akumulasi hidrokarbon. 
Analisa  terhadap cutting dapat dilakukan dengan menggunakan pengamatan fluoroscopic berupa penggunaan sinar ultraviolet untuk mendeteksi adanya kandungan hidrokarbon pada sample (core) baruan. Analisa ini juga untuk membedakan antara jenis minyak berat (heavy oil), minyak ringan (light oil) maupun minyak medium (intermediate oil). Pada analisa fluoroscopic, kualitas penampakan fluorisensi ditentukan dari distribusi fluorisensi dalam sample (core) batuan yang diamati.
a. Shale
Warna                  :    merah dan hijau
Tekstur                 :    seperti lilin, beludru dan kertas
Kekerasan            :    lunak, sedang, kuat, keras, sangat keras dan rapuh.
Lapisan                :    massive, blocky, fossile dan splentary
Pabrikasi              :    laminasi, pecahan, berlapis, dapat dibelah
Mineral tambahan     :  bentonite, sandy, calcareous dan carbonnaceous
b. Sand
 Warna                 :    coklat, abu-abu
Tekstur                 :    sangat halus, halus, medium kasar dan sangat kasar
Bentuk butir         :    bulat, agak bulat dan bersudut
Pemilahan/sortasi :    baik, sedang dan jelek
Tingkat sementasi :   gampang pecah (friable), padat (dense)
Porositas              :    tidak tampak, jelek, sedang dan baik
c. Limestone dan Dolomite
Warna                  :    putih, coklat, abu-abu dan hitam
Tekstur                 :    sangat baik, baik, sedang, butir kasar, padat, chalky, oolitic, sucrosic, colicastic.
Butiran                 :    sucrosa, crystal, chalky
Accessory            :    oolite, sandy,silty, calcite, pyrite dan argillaceous
Kilap                    :    suram, seperti tanah, dasar
Preparasi data
Sampel 1
Deskripsi         :  subsupherical subanguler, pemilahan baik, ukuran butir < 2 mm.
Warna dominan : yellow orange
Warna pengotor : hitam
Indikasi              :  Minyak berat, residu batu gamping passion
Aroma                :  Parafin
Sampel 2
Deskripsi              :  subsupherical anguler, pemilahan baik, ukuran butir > 2 mm.
Warna dominan     :  dark blue
Warna pengotor     :  orange
Indikasi                  :  kondensat, residu batu gamping/dolomite
Sampel 3
Deskripsi          :   subsupherical subanguler, pemilahan buruk, ukuran butir < 2 mm.
Warna dominan :   Tan
Warna pengotor :   Hitam
Indikasi              :   Minyak sedang, residu fosil
Analisa Data
Dari ketiga sampel yang telah dianalisa maka.
Pada sample 1, bentuk subspherical subangular, pemilahan baik, bau parafin, warna dominan yellow orange, warna pengotor hitam maka ini menandakan batuan mengandung minyak berat dengan residu batu gamping pasion .
Pada sample 2 , bentuk subspherical angular, pemilahan baik, warna dominan dark blue, warna pengotor orange maka ini menandakan batuan mengandung kondensat dengan residu gamping/dolomite.
Pada sample 3, bentuk subspherical angular, pemilahan buruk, warna dominan tan, warna pengotor hitam maka ini menandakan batuan mengandung minyak sedang dengan residu fosil .
Pembahasan
Analisa cutting diteliti dengan cara memahami lithologi batuan seperti, dilihat dari pemilahan, bentuk butiran, warna dan ukuran butiran. Dan juga dengan cara flourosensi.
Pada percobaan ini digunakan fluoroscope yaitu alat untuk melihat ada tidaknya warna fluoresensi. Setiap sample yang memberikan warna tertentu ketika diteliti di bawah sinar ultraviolet. Hal ini digunakan untuk menentukan jenis minyak. Selain warna dominan, sample juga memberikan warna lain yang tidak dominan yang merupakan warna pengotoran. Jenis pengotornya bisa berupa fossil, paper shale, batu gamping pasiran, grase / gemuk, kulit kumbang dan solar.
Percobaan analisa cutting di lapangan, yaitu pada saat pemboran eksplorasi yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan hidrokarbon dalam formasi, sehingga dapat menentukan keprospekan lapangan tersebut.
Kelebihan yang dimiliki oleh metoda fluoresensi salah satunya yaitu sangat praktis dan dapat digunakan kapan dan dimana saja. Sedangkan kekurangan metoda ini salah satunya ialah hasil pengamatan kurang akurat karena perbedaan warna baik pada warna dominan maupun pengotornya tidak terlalu jelas. Kekurangan metoda ini adalah dimungkinkan adanya kesalahan pengamatan oleh praktikan, masing – masing praktikan memiliki deskripisi serta pengamatan yang berbeda – beda.
Kesimpulan
        Dari hasil percobaan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1)   Hasil analisa terhadap cutting di laboratorium:
a.     Sampe l  :    minyak berat dengan residu gamping passion.
b.    Sampel 2 :    kondensat dengan  residu dolomite
c.     Sampel 3 :   minyak sedang dengan residu fosil
2)  Cutting adalah serpihan yang berasal dari dinding lubang bor yang terangkat kepermukaan bersama dengan sirkulasi lumpur, pada saat proses pemboran berlangsung.
3)   Indikasi adanya hidrokarbon pada cutting dapat diketahui dengan metode fluoresensi, yaitu dengan menggunakan alat fluoroscope yang dapat memancarkan sinar ultraviolet.
4)  Setiap sample memberikan fluoresensi berbeda-beda, ini menunjukkan bahwa pada setiap sample terdapat kandungan hidrokarbon cair yang berbeda-beda pula.
5)   Fluoresensi adalah gejala berpendarnya suatu zat ketika menerima cahaya atau radiasi dari luar.
6)   Kelebihan yang dimiliki oleh Metoda fluoresensi yaitu praktis sehingga dapat dibawa kemana saja dan kapan saja.
7)   Kekurangan yang dimiliki oleh metoda ini yaitu hasil dari pengamatan kurang akurat karena warna hasil dari fluoresensi yang dilihat merupakan hasil subyektifitas dari masing-masing praktikan sehingga warna pengamatan dapat berbeda antara masing-masing praktikan.
Daftar Pustaka